Sabtu, 22 Juli 2017

Ibu, Pulanglah


            Sahabat, ingatkah kita oleh suatu kisah menarik dari salah seorang Khulafaur Rasyidin yaitu Umar ibn Khottob radhiallahu ‘anhu yang dinukilkan dalam kitab Al Minhaj Hasyiyah al Bujairimi. Beliau merupakan figur pemimpin ideal dan dambaan rakyatnya, hikayat baik tentang jasa dan dedikasi beliau yang heroik tercatat rapih dalam sejarah. Beliau adalah manusia yang terkenal akan  ketegarannya, seorang laki-laki yang tegas dan tidak pernah basa-basi dalam hal kebenaran, tetapi memiliki sikap yang sabar, baik hati dan takluk oleh istrinya.
            Suatu hari dizaman kekhilafahannya beliau ada seorang sahabat yang hendak bertamu dan curhat berkenaan dengan sifat istrinya yang teramat sangat cerewet, bersumbu pendek, dan hobinya marah-marah. Namun sesampai di depan rumah dan ketika hendak mengetuk pintu, sahabat ini mendengar bahwa istri beliau juga sedang marah-marah. Seketika beliau mengurungkan niatnya dan beranjak meninggalkan tempatnya berpijak. Belum jauh ia meninggalkan rumah Khalifah Umar ibn Khottob radhiallahu ‘anhu, terdengar suara dari belakang memanggil namanya. “Apakah hal yang membawamu kerumahku wahai saudaraku, nampaknya ada hal yang ingin kau sampaikan”, seru Umar. “Benar ammirul mu’minin saya hendak melaporkan sikap istri saya yang sering marah dan tempramental terhadap suaminnya. Namun baru saja saya mendengar istrimu juga sedang marah-marah padamu, lantas apa gunanya saya adukan” tegas si sahabat.
            Umar yang mendengar hal tersebut dengan nada lembut sembari menunjukan ekspresi yang menenangkan berkata, “Hai saudaraku, kenapa saya sabar terhadap istri yang mungkin serupa dengan istrimu dirumah karena ketahuilah saudaraku, dia yang memasakkan makanan untukku, dia juga yang membuat adonan sampai memanggangkan roti yang nantinya kusantap (urusan dapur), dia yang mencucikan pakaian-pakaian kotorku (urusan sumur), dan dia yang menyusui serta mendidik anak-anakku (urusan kasur), itulah hal yag membuatku sabar terhadap sikap istriku dan bahkan akan semua kekurangannya wahai saudaraku, maka bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, istrimu hanya ingin didengar dan percayalah hal itu seperti air yang sedikit kemudian dipanaskan sehingga akan segera menghilang” kemudian sahabat tadi nampak lebih tenang dan pamit meninggalkan sang ammirul mu’minin.
            Wahai saudariku, Betapa wanita telah dimuliakan pada tiga hal yang nampak sagat sederhana (urusan dapur, urusan sumur, urusan kasur) namun memiliki esensi kebaikan besar di sisi Allah. Wahai para ibu dan sahabat perempuan yang kelak menjadi ibu perhatikanlah ayat berikut dan renungkan dalam hati betapa banyak wanita dikaum ini, dijaman ini, yang bukan hanya meninggalkan sunnah tp sudah melupakan sejarah dan perintah Allah subhanahu wa ta’ala (QS Al Ahzab ; 33)
33.  dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Memang begitulah hakikat wanita, untuk dianjurkan di rumah saja. Berapa banyak kini wanita yang mengatasnamakan kesetaraan gender, memiliki Hak Asasi dan berbagai macam pernyataan penyanggah lainnya, tapi justru sebagian mereka lupa bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan dibuat berbeda, sehingga melahirkan hak dan tanggung jawab yang berbeda pula. Wahai Ibu dan saudariku, Bukankah hal ini perintah langsung dari Allah, bukan aktifis HAM, ego diri seniri atau bisikan syetan semata. Masihkah kita ragu akan perinth Allah?

Duhai Ibu....
Duhai Saudariku....
Duhai Anak-anak perempuanku....
Pulanglah, di luar sana sangat tidak ramah untuk kelembutanmu
Pulanglah, Istanamu menunggu sentuhan surgawimu
Ibu pulanglah, malaikat kecilmu sudah duduk manis, siap ditempa di madrasahmu
Ibu pulanglah, calon orang hebat umat ini ingin merasakan tenang akan teduh tatapanmu
Ibu Pulanglah, kami butuh pangkuanmu saat beban hidup ini mulai membelenggu
Ibu Pulanglah, aku ingin mencicipi masakan buatanmu agar aku bisa berbangga lagi
Ibu Pulanglah, aku masihlah anak-anakmu yang butuh perhatian dan doa ikhlasmu
Duhai Ibu....
Duhai Saudariku....
Duhai Anak-anak perempuanku....
Pulanglah...
Pulanglah...
Pulanglah...
Karena Allah yang memerintahkanmu
Pulanglah... Sebelum semuanya terlambat

 Oleh Muhammad Ikhsan Fudillah


Share:

0 komentar:

Posting Komentar