Sahabat, ingatkah kita oleh suatu
kisah menarik dari salah seorang Khulafaur Rasyidin yaitu Umar ibn
Khottob radhiallahu ‘anhu yang dinukilkan dalam kitab Al Minhaj Hasyiyah al
Bujairimi. Beliau merupakan figur pemimpin ideal dan dambaan rakyatnya, hikayat
baik tentang jasa dan dedikasi beliau yang heroik tercatat rapih dalam sejarah.
Beliau adalah manusia yang terkenal akan
ketegarannya, seorang laki-laki yang tegas dan tidak pernah basa-basi dalam
hal kebenaran, tetapi memiliki sikap yang sabar, baik hati dan takluk oleh
istrinya.
Suatu hari dizaman kekhilafahannya
beliau ada seorang sahabat yang hendak bertamu dan curhat berkenaan dengan
sifat istrinya yang teramat sangat cerewet, bersumbu pendek, dan hobinya
marah-marah. Namun sesampai di depan rumah dan ketika hendak mengetuk pintu,
sahabat ini mendengar bahwa istri beliau juga sedang marah-marah. Seketika
beliau mengurungkan niatnya dan beranjak meninggalkan tempatnya berpijak. Belum
jauh ia meninggalkan rumah Khalifah Umar ibn Khottob radhiallahu ‘anhu,
terdengar suara dari belakang memanggil namanya. “Apakah hal yang membawamu
kerumahku wahai saudaraku, nampaknya ada hal yang ingin kau sampaikan”, seru
Umar. “Benar ammirul mu’minin saya hendak melaporkan sikap istri saya yang sering
marah dan tempramental terhadap suaminnya. Namun baru saja saya mendengar
istrimu juga sedang marah-marah padamu, lantas apa gunanya saya adukan” tegas
si sahabat.
Umar yang mendengar hal tersebut
dengan nada lembut sembari menunjukan ekspresi yang menenangkan berkata, “Hai
saudaraku, kenapa saya sabar terhadap istri yang mungkin serupa dengan istrimu
dirumah karena ketahuilah saudaraku, dia yang memasakkan makanan untukku, dia juga yang membuat adonan sampai memanggangkan roti
yang nantinya kusantap (urusan dapur), dia yang mencucikan pakaian-pakaian
kotorku (urusan sumur), dan dia yang menyusui serta mendidik anak-anakku
(urusan kasur), itulah hal yag membuatku sabar terhadap sikap istriku dan
bahkan akan semua kekurangannya wahai saudaraku, maka bertakwalah kepada Allah
dan bersabarlah, istrimu hanya ingin didengar dan percayalah hal itu seperti
air yang sedikit kemudian dipanaskan sehingga akan segera menghilang” kemudian
sahabat tadi nampak lebih tenang dan pamit meninggalkan sang ammirul mu’minin.
Wahai saudariku, Betapa wanita telah
dimuliakan pada tiga hal yang nampak sagat sederhana (urusan dapur, urusan
sumur, urusan kasur) namun memiliki esensi kebaikan besar di sisi Allah. Wahai para
ibu dan sahabat perempuan yang kelak menjadi ibu perhatikanlah ayat berikut dan
renungkan dalam hati betapa banyak wanita dikaum ini, dijaman ini, yang bukan
hanya meninggalkan sunnah tp sudah melupakan sejarah dan perintah Allah
subhanahu wa ta’ala (QS Al Ahzab ; 33)
33.
dan hendaklah
kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Memang
begitulah hakikat wanita, untuk dianjurkan di rumah saja. Berapa banyak kini
wanita yang mengatasnamakan kesetaraan gender, memiliki Hak Asasi dan berbagai
macam pernyataan penyanggah lainnya, tapi justru sebagian
mereka lupa bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan dibuat berbeda, sehingga
melahirkan hak dan tanggung jawab yang berbeda pula. Wahai Ibu dan saudariku, Bukankah
hal ini perintah langsung dari Allah, bukan aktifis HAM, ego diri seniri atau
bisikan syetan semata. Masihkah kita ragu akan perinth Allah?
Duhai Ibu....
Duhai Saudariku....
Duhai Anak-anak perempuanku....
Pulanglah, di luar sana sangat tidak
ramah untuk kelembutanmu
Pulanglah, Istanamu menunggu
sentuhan surgawimu
Ibu pulanglah, malaikat kecilmu
sudah duduk manis, siap ditempa di madrasahmu
Ibu pulanglah, calon orang hebat
umat ini ingin merasakan tenang akan teduh tatapanmu
Ibu Pulanglah, kami butuh pangkuanmu
saat beban hidup ini mulai membelenggu
Ibu Pulanglah, aku ingin mencicipi
masakan buatanmu agar aku bisa berbangga lagi
Ibu Pulanglah, aku masihlah
anak-anakmu yang butuh perhatian dan doa ikhlasmu
Duhai Ibu....
Duhai Saudariku....
Duhai Anak-anak perempuanku....
Pulanglah...
Pulanglah...
Pulanglah...
Karena Allah yang memerintahkanmu
Pulanglah... Sebelum semuanya
terlambat
Oleh Muhammad Ikhsan Fudillah
0 komentar:
Posting Komentar