Minggu, 15 Oktober 2017

Remaja Sidamulya : Menggengam Prestasi ataukah Terjebak dalam Kenakalan ?

Oleh : Friska Putri Normayanti
Indonesia adalah sebuah negeri dengan jajaran pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Ternyata, luasnya negeri ini sebanding dengan tingginya angka pertumbuhan penduduknya. Bahkan, dapat dikatakan pertumbuhan penduduk di Indonesia membludak. Negara berkembang memang biasanya mengalami masalah dalam mengatasi pertumbuhan penduduknya yang tinggi.
            Remaja adalah salah satu fase dari kehidupan yang dialami oleh manusia. Pada fase ini, dapat dikatakan masanya mencari jati diri bagi remaja atau bahkan masa-masa remaja diidentikan dengan melakukan hal-hal yang tak terduga oleh lingkungan keluarga dan sekitarnya. Masa remaja dapat dianalogikan seperti lebah yang terbang dan hinggap di satu bunga ke bunga lainnya. Dapat diartikan pula bahwa masa remaja adalah masanya pencarian dan coba-coba. Akan tetapi, masa remaja dalam masyarakat diidentikkan dengan masa kenakalan remaja. Benarkah anggapan masyarakat tentang masa remaja yang identik dengan kebadungan remaja ?
            Mari kita telaah, kebenaran akan anggapan masyarakat yang tumbuh di sekitar kita. Kita ambil contoh di desa Sidamulya, yang terletak di Kabupaten Banyumas-Jawa Tengah. Sidamulya adalah salah satu desa yang bisa dikatakan sebagai pinggirannya Banyumas. Namun, bukan berarti desa ini jauh dari peradaban dan gemerlapnya lampu perkotaan. Justru, desa ini adalah sebuah desa yang tak pernah sepi dari keramaian jalanan. Berbagai toko berjajar dipinggiran jalanan, beragam anak muda (remaja) pun tumbuh dan hidup di desa ini. Remaja dengan berbagai karakteristik yang ada.
            Remaja Sidamulya adalah satu satu dari banyaknya remaja yang ada di Indonesia. Remaja dapat dikatakan tumbuh dan hidup sebab lingkungannya. Ini diartikan bahwa remaja yang baik dikarenakan lingkungan yang baik dan begitu juga dengan remaja yang tingkah lakunya buruk bisa jadi tumbuh di lingkungan yang mengajarkan nya pada hal-hal yang tidak baik. Lingkungan bisa jadi menjadi pedoman dalam bertindak bagi remaja. Bukan hanya lingkungan tapi juga tontonan. Bagaimana dengan kehidupan remaja di Sidamulya ? Berprestasi atau justru menimbulkan keresahan di masyarakat ?
            Sidamulya adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Banyumas. Dengan perbandingan remaja putra dan putri yang tak terlalu beda jauh. Keduanya tumbuh dan hidup di Sidamulya tanpa adanya diskriminasi. Salah fenomena yang sering dihadapi oleh masyarakat yang disebabkan oleh remaja adalah keluarnya para remaja di malam hari dan terkadang mengendarai motor dengan knalpot yang sudah dimodifikasi dengan bunyi yang sangat nyaring itu. Bukan hanya itu saja terkadang juga didapati remaja-remaja yang nongkrong di dekat jembatan di sore hari sambil mengeluarkan asap di mulutnya. Bukan hanya itu, terkadang juga muncul fenomena remaja yang ketahuan nongkrong di jam sekolah dengan mengenakan seragam sekolahnya.
            Fenomena-fenomena diatas bisa jadi tergolong dalam kenakalan remaja yang terjadi di Sidamulya. Hal ini dapat dikarenakan lingkungan keluarga yang acuh tak acuh, lingkungan sekitar rumah yang memang menjadikan remaja seperti itu atau bahkan bisa jadi keinginan dan hasrat tinggi yang dimiliki remaja menyebabkan mereka melakukan hal-hal tersebut.
Lingkungan keluarga yang acuh bisa menjadi faktor utama terjadi kenakalan remaja yang makin marak. Keluarga bagaiakan pondasi dalam membentuk manusia seutuhnya. Tanpa adanya keluarga, kehidupan manusia mungkin berantakan tak tentu arahnya. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Sebab, masa remaja adalah masa nya mereka mencari-cari perhatian dari orang tua dengan jalan kenakalan. Mereka berharap dengan melakukan kenakalan mereka dapat dekat dan berkeluh kesah dengan keluarganya. Namun, hal ini ternyata tak mampu menarik respon/ tanggapan keluarga terhadap remaja. Malah bisa jadi makin acuh tak acuh yang kelewat batasnya. Remaja sangat membutuhkan perhatian yang lebih dari masa-masa sebelumnya, dikarenakan di masa ini remaja sangat ingin menjadi sorotan utama dalam hal apapun. Sayangnya, energi yang sangat besar di masa remaja ini dapat berubah menjadi musuh yang sangat menakutkan bagi remaja itu sendiri.
Lingkungan keluarga dapat dikatakan sebagai pemegang kuncinya dan lingkungan rumah sebagai motivasinya dalam bertindak mencegah dalam kenakalan remaja. Lingkungan rumah yang baik akan menghasilkan remaja-remaja yang sehat sedangkan lingkungan yang kurang sehat hanya akan melahirkan remaja-remaja yang makin lama makin brutal saja. Kenakalan remaja seakaan menjadi momok yang menyakitkan dan memilukan yang selalu menjadi langganan PR pemerintah setempat.
Akan tetapi, bukan hanya kenakalannya saja tetapi ternyata remaja juga memiliki prestasi yang tak terduga. Prestasi remaja, adalah masa-masa indah yang harus terus dikenang. Bagaimana caranya menumbuhkan prestasi di lingkungan yang masih baru ?
Jelas, kiat-kiat menjadi remaja yang berprestasi adalah dengan menanamkan iman yang kokoh dan keteguhan hati remaja untuk selalu berprestasi agar mampu bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Tak mau kalah dengan kenakalan yang sudah disebutkan lebih dahulu, prestasi remaja dapat diwujudkan melalui aktif dan antusiasnya dalam berperan sebagai remaja masjid di masjid atau mushola terdekat, berperan aktif dalam menuliskan karya-karyanya baik dalam tulisan fiktif ataupun non fiktif. Remaja Sidamulya bukan hanya menang dalam hal-hal yang berbau dengan kenakalan remaja tetapi juga bersahabat dengan kesenian islam seperti hadroh. Di dalam masjid, sering diadakan latihan-latihan hadroh yang diselenggarakan oleh remaja masjid setempat. Yang tujuannya untuk melatih ketrampilan remaja dan siap beradu dengan dusun-dusun lain di desa Sidamulya pada saat malam takbiran Idul Fitri. Acara ini biasanya menjadi acara rutinan yang dilakukan oleh perkumpulan remaja masjid yang ada di desa Sidamulya. Tingginya minat dan antusias remaja, salah satu mushola kecil pun akhirnya dibelikan bedug yang besar itu. Hal ini untuk menunjang minat dan bakat yang dimiliki. Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh menyembunyikan kemampuan yang kita miliki. Namun juga jangan terlalu menyombongkan apa yang kita miliki.
Beberapa prestasi lainnya adalah banyaknya remaja-remaja yang hadir dalam shaf salat berjam’ah. Mengapa ini terjadi ? Sebab para remaja telah sadar akan apa yang dibicarakan oleh guru ngaji mereka. Bukan hanya prestasi di bidang keagamaan tetapi juga di bidang olahraga seperti voli, sepak bola dan bulu tangkis. Biasanya di lapangan Sidamulya, diadakan turnamen piala kepala desa Sidamulya yang diperebutkan oleh dusun-dusun yang ada di Sidamulya. Keantusiasan para remaja dibuktikan dengan ramainya pertandingan sepak bola dan keseriusan mereka dalam memperebutkan piala kemenangan yang menggiurkan. Ternyata, pertandingan sepak bola tingkat Desa ini bukan hanya mampu memupuk semangat berprestasi di hati para remaja tetapi juga mempuk rasa solidaritas dan kekeluargaan yang sangat kuat di dalamnya. Mereka berjuang sekuat tenaga agar tim mereka menang dan para warga siap mendukung tim mereka masing-masing. Ramai nya pertandingan sepak bola menjadi pelipur lara akan ulah remaja-remaja yang meresahkan masyarakat.
Mari kita berkaca pada diri kita masing-masing, di posisi manakah kita berdiri ? Sebagai remaja yang senang meresahkan masyarakat atau justru sebagai remaja yang membanggakan masyarakat ? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Jawablah jujur dan katakanlah dengan lantang seperti apa diri kita sebenarnya. Jika berada di pihak yang berprestasi, bersyukurlah karena tempat kita berpijak sudah benar. Dan, jika berada di pihak yang masih nakal, berubahlah dan berjanjilah memperbaiki diri agar mampu bermanfaat bagi masyarakat. Mari kita refleksikan diri kita masing-masing.

Salam Remaja.
Selamat menebarkan kebermanfaatan bagi masyarakat.
             
           

Share:

Sabtu, 29 Juli 2017

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi


Bismillah…..
Membaca al-Quran merupakan salah satu tuntunan dalam Islam. Karena sesungguhnya tuntuan tersebut ada tiga yaitu membaca, mempelajari, dan mengamalkan al-Quran. Al-Quran merupakan kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril sebagai pegangan umat dalam menjalankan kehidupan.
Al-Quran merupakan kitap suci yang di dalamnya terdapat berbagai keajaiban. Di dalam al-Quran terdapat berita-berita tentang orang-orang sebelum dan sesudah kita serta hukum yang berlaku. Dalam kitabullah tidak mengandung sedikitpun sendau gurau. Al-Quran adalah kitab yang apabila manusia meninggalkanya maka ia akan ditinggalkan oleh Allah SWT. karena al-Quran merupakan tali Allah SWT. yang sangat kuat. Al-Quran merupakan bacaan yang penuh hikmat,yang tidak dapat diselewengkan oleh sedikitpun. Keajaiban di dalamnya pun tidak akan pernah habis dan tidak dapat diragukan kebenaranya.
Karena salah satu dari beribu hikmah al-Quran, manusia diperintahkan selalu berpegang teguh kepada ayat-ayat al-Quran. Suatu hari, saat nabi Muhammad SAW. berkhutbah, pertama beliau memanjatkan pujian. Kemudian, beliau mengatakan “Wahai manusia, aku ini manusia yang sudah tidak lama lagi akan datang kepadaku malaikat pencabut nyawa dan pasti aku akan menjawabya. Sesungguhnya aku telah meninggalkan dua perkara yang berat. Pertama yaitu kitabullah yang didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. karenanya berpegang teguhlah pada kitabullah, terapkanlah, dan perintahkan (orang lain memahaminya) serta tanamkanlah kepeda mereka”.
Luar biasanya kitab suci al-Quran mengandung 30 juz, 114 surat, dan 6236 ayat dengan makna disetiap ayat yang sangat menajubkan. Perlu kita ketahui, bahwa saat manusia membaca ayat suci ini dalam setiap hurufnya itu berpahala sepuluh kebaikan.  Salah satu surat yang ada di dalam kitabullah ini merupakan surat al-kahfi. Dimana al-Kahfi merupaka surat nomor 18 dan mengandung 110 ayat.
Dari al-Barra’ ra, beliau menceritakan “ada seseorang yang membaca al-Kahfi yang disampingnya terdapat seekor kuda yang dikat dengan dua tali. Lalu ia diliputi awan serta awan tersebut semakin mendekat dan terus mendekat, sedangkan kudanya lari. Ketika pagi hari tiba, Rosulullah SAW. datang, maka ia segera menceritakan kejadian tersebut. Lalu, beliau berkata “ yang demikian itu merupakan ketenangan yang diturunkan bersama al-Quran”.(HR. al-Bukhari dan at-Tirmidzi)
Dari Ibnu Umar ra. Beliau menuturkan “barang siapa membaca surat al-Kahfi pada hari jum’at, maka dia akan dipancarkan cahaya dengan sinar dari bawah kakinya sampai ke awan langit yang akan menyinarinya pada hari kiamat kelak serta diampunkan dosanya diantara dua jum’at”.(HR. Ibnu Mardawih)
Dari Abu Darda ra., dari nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:
Manqoroa tsalaatsa aayaati min awwalilkahfi ‘ushima min fitnatid dajjali. Berarti “barang siapa membaca tiga ayat dari awal surat al-Kahfi, maka ia akan dilindungi dari fitnah dajjal”.
Dari Ibnu Abbas ra. Beliau mengatakan bahwa: ”barang siapa membaca surat al-Kahfi pada hari jum’at, maka ia akan diterangi sinar yang ada antara langit dan bumi”.(HR. al-Hakim dan Baihaqi)
Hal tersebut merupakan beberapa keutamaan membaca surat al-Kahfi. Setelah mengetahui keutamaan-keutamaan tersebut, penulis mengajak pembaca untuk memulai membiasakan membaca al-Kahfi pada hari jum’at dan selalu membudayakan baca al-Quran kapan pun. Membaca al-Quran jangan menunggu waktu luang, namun luangkan lah waktu untuk membaca dan mempelajari al-Quran, maka insya Allah waktu kehidupan kita akan lebih berkah. Jangan takut kalau membaca al-Quran nanti pekerjaan yang sedang digeluti tidak selesai-selesai. Justru, dengan membaca al-Quran maka pekerjaan kita akan semakin dipermudah oleh Allah SWT.
Maka, mari rubah diri kita dengan selalu mendekatkan diri kepada Al-Quran. Saat manusia sudah dekat dan mencintai al-quran maka Allah akan mencntainya, kemudian Allah SWT. berkata kepada malaikat Jibril “aku mencintai hamba itu”. Maka malaikat Jibril pun akan mengatakan hal yang demikian kepada malaikat lainya, mereka pun akan berkata kepada seluruh isi langit dan bumi serta apapun yang Allah ciptakan bahwa “Allah mencintai hamba itu”. Maka hamba tersebut akan dicintai oleh Allah SWT. dan seluruh makhluk-Nya. Maka tiada rugi sedikitpun bagi umat Islam membaca AL-Quran.
Semoga dari hal sekecil apapun yang kita ketahui, amalkan, serta kita dakwahkan. Hal tersebut akan lebih berkah untuk kehidupan kita dan orang lain baik di dunia dan akhirat.

Aamiin….

Penulis : Arimbi Rachmayani
Share:

Sabtu, 22 Juli 2017

Ibu, Pulanglah


            Sahabat, ingatkah kita oleh suatu kisah menarik dari salah seorang Khulafaur Rasyidin yaitu Umar ibn Khottob radhiallahu ‘anhu yang dinukilkan dalam kitab Al Minhaj Hasyiyah al Bujairimi. Beliau merupakan figur pemimpin ideal dan dambaan rakyatnya, hikayat baik tentang jasa dan dedikasi beliau yang heroik tercatat rapih dalam sejarah. Beliau adalah manusia yang terkenal akan  ketegarannya, seorang laki-laki yang tegas dan tidak pernah basa-basi dalam hal kebenaran, tetapi memiliki sikap yang sabar, baik hati dan takluk oleh istrinya.
            Suatu hari dizaman kekhilafahannya beliau ada seorang sahabat yang hendak bertamu dan curhat berkenaan dengan sifat istrinya yang teramat sangat cerewet, bersumbu pendek, dan hobinya marah-marah. Namun sesampai di depan rumah dan ketika hendak mengetuk pintu, sahabat ini mendengar bahwa istri beliau juga sedang marah-marah. Seketika beliau mengurungkan niatnya dan beranjak meninggalkan tempatnya berpijak. Belum jauh ia meninggalkan rumah Khalifah Umar ibn Khottob radhiallahu ‘anhu, terdengar suara dari belakang memanggil namanya. “Apakah hal yang membawamu kerumahku wahai saudaraku, nampaknya ada hal yang ingin kau sampaikan”, seru Umar. “Benar ammirul mu’minin saya hendak melaporkan sikap istri saya yang sering marah dan tempramental terhadap suaminnya. Namun baru saja saya mendengar istrimu juga sedang marah-marah padamu, lantas apa gunanya saya adukan” tegas si sahabat.
            Umar yang mendengar hal tersebut dengan nada lembut sembari menunjukan ekspresi yang menenangkan berkata, “Hai saudaraku, kenapa saya sabar terhadap istri yang mungkin serupa dengan istrimu dirumah karena ketahuilah saudaraku, dia yang memasakkan makanan untukku, dia juga yang membuat adonan sampai memanggangkan roti yang nantinya kusantap (urusan dapur), dia yang mencucikan pakaian-pakaian kotorku (urusan sumur), dan dia yang menyusui serta mendidik anak-anakku (urusan kasur), itulah hal yag membuatku sabar terhadap sikap istriku dan bahkan akan semua kekurangannya wahai saudaraku, maka bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, istrimu hanya ingin didengar dan percayalah hal itu seperti air yang sedikit kemudian dipanaskan sehingga akan segera menghilang” kemudian sahabat tadi nampak lebih tenang dan pamit meninggalkan sang ammirul mu’minin.
            Wahai saudariku, Betapa wanita telah dimuliakan pada tiga hal yang nampak sagat sederhana (urusan dapur, urusan sumur, urusan kasur) namun memiliki esensi kebaikan besar di sisi Allah. Wahai para ibu dan sahabat perempuan yang kelak menjadi ibu perhatikanlah ayat berikut dan renungkan dalam hati betapa banyak wanita dikaum ini, dijaman ini, yang bukan hanya meninggalkan sunnah tp sudah melupakan sejarah dan perintah Allah subhanahu wa ta’ala (QS Al Ahzab ; 33)
33.  dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Memang begitulah hakikat wanita, untuk dianjurkan di rumah saja. Berapa banyak kini wanita yang mengatasnamakan kesetaraan gender, memiliki Hak Asasi dan berbagai macam pernyataan penyanggah lainnya, tapi justru sebagian mereka lupa bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan dibuat berbeda, sehingga melahirkan hak dan tanggung jawab yang berbeda pula. Wahai Ibu dan saudariku, Bukankah hal ini perintah langsung dari Allah, bukan aktifis HAM, ego diri seniri atau bisikan syetan semata. Masihkah kita ragu akan perinth Allah?

Duhai Ibu....
Duhai Saudariku....
Duhai Anak-anak perempuanku....
Pulanglah, di luar sana sangat tidak ramah untuk kelembutanmu
Pulanglah, Istanamu menunggu sentuhan surgawimu
Ibu pulanglah, malaikat kecilmu sudah duduk manis, siap ditempa di madrasahmu
Ibu pulanglah, calon orang hebat umat ini ingin merasakan tenang akan teduh tatapanmu
Ibu Pulanglah, kami butuh pangkuanmu saat beban hidup ini mulai membelenggu
Ibu Pulanglah, aku ingin mencicipi masakan buatanmu agar aku bisa berbangga lagi
Ibu Pulanglah, aku masihlah anak-anakmu yang butuh perhatian dan doa ikhlasmu
Duhai Ibu....
Duhai Saudariku....
Duhai Anak-anak perempuanku....
Pulanglah...
Pulanglah...
Pulanglah...
Karena Allah yang memerintahkanmu
Pulanglah... Sebelum semuanya terlambat

 Oleh Muhammad Ikhsan Fudillah


Share:

Kamis, 20 Juli 2017

Fotosintesis dalam Perspektif Al-Qur’an



Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini dengan sangat terencana. Matahari dalam pandangan sains merupakan sumber energi utama untuk mendukung kehidupan. Manusia mendapatkan energi untuk hidup dari matahari secara tidak langsung melalui tumbuhan atau hewan lain. Tumbuhan berklorofil menghasilkan makanannya sendiri melalui proses fotosintesis dengan bantuan energi dari matahari. Energi dari matahari tersebut disimpan dalam senyawa-senyawa organik yang merupakan sumber makanan bagi makhluk hidup lain.
Allah SWT berfirman dalam QS.Yasin ayat 79-80:







Artinya: {79} Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkanya ialah (Allah) yang menciptakanya pertama kali. Dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. {80} Yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu."(QS. Yasin: 79-80)1

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT memiliki pengetahuan yang Maha Luas terhadap makhluknya. Di dalam ayat tersebut mengandung kata ”Allah yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau”. Kita dapat berpikir bahwa di dalam pohon terdapat suatu zat yang berwarna hijau yang berperan dalam pertumbuhan pohon tersebut sehingga menghasilkan kayu. Kemudian dengan kayu yang hijau itu pula maka api dapat menyala. Proses dalam tumbuhan yang melibatkan zat hijau daun (klorofil) disebut proses fotosintesis. Melalui proses inilah tumbuhan menghasilkan makananya sendiri untuk keperluan pertumbuhanya, sehingga dapat dihasilkan ranting-ranting dan dahan yang dapat dijadikan sebagai kayu bakar.

Tanaman fotosintetik menangkap energi surya dalam bentuk ATP dan NADPH yang dipergunakan sebagai sumber energi untuk membuat karbohidrat dan komponen sel organik lainya dari karbon dioksida dan air. Bersamaan dengan itu, organisme tersebut membebaskan oksigen ke dalam atmosfer. Sementara itu makhluk heterotrof aerobik, memperoleh energi dengan cara mempergunakan oksigen yang dibentuk untuk menguraikan produk senyawa-senyawa organik berenergi tinggi hasil fotosintesis menjadi CO2 dan H2O. Karbon dioksida yang dibentuk oleh respirasi pada heterotrof kembali ke atmosfer, untuk digunakan kembali oleh organisme fotosintetik.2

Zat hijau daun memiliki kloroplas yang di dalamnya berlangsung proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari yang menghasilkan oksigen. Proses pembakaran tidak akan berlangsung tanpa adanya oksigen. Sehingga kita dapat berpikir ayat ini secara tersirat menunjukkan bahwa tumbuhan memerlukan zat hijau (kloroplas) untuk dapat menghasilkan kayu dan oksigen. Sehingga kita dapat menyalakan api dari kayu tersebut.
Percobaan yang pernah dilakukan oleh Ingen Housz, memperagakan bahwa hanya bagian-bagian hijau tumbuhan yang melepaskan oksigen selama fotosintesis. Struktur tumbuhan yang tidak hijau, seperti misalnya batang berkayu, akar, bungan dan buah, sebenarnya menggunakan oksigen dalam proses respirasi. Hal ini menandakan bahwa fotosintesis hanya dapat terus berlangsung jika ada pigmen hijau yaitu klorofil. Struktur molekul klorofil diketahui, yakni merupakan senyawa kompleks yang terdiri atas porfirin yang sama strukturnya dengan pofirinheme yang membentuk gugus prostetik pada hemoglobin, mioglobin, dan enzim-enzim sitokrom. Perbedaan-perbedaan utama antara klorofil dan heme ialah adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah-tengah cincin porfirin dan rantai samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol.3


Ada dua macam klorofil pada tumbuhan yaitu klorofil a dan klorofil b. Perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil itu tampak pada gambar di atas. Di dalam sel, keduanya terikat pada protein. Baik klorofik a maupun klorofil b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah dan ungu spektrum sinar. Cahaya hijau yang paling sedikit diserap. Karena itu bila cahaya putih menyinari struktur-struktur yang mengandung klorofil seperti misalnya daun maka sinar hijau yang dikirimkan akan dipantulkan, dan hasilnya ialah struktur-struktur tersebut tampak berwarna hijau.4

Oleh : Ahmad Amjad Muzani

Referensi:
[1]1] Dr. Ahmad Hatta, MA. 2009. Tafsir Qur’an Per Kata Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul & Terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka. Hlm 445.
2] [1]Albert L. Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hlm 349.
3] [1]John W. Kimbal. 1983. Biologi Umum Jilid 1 Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Hlm 173-175.
4] [1]Ibid, hlm 173-175.
Share:

Senin, 17 Juli 2017

Ibu, Aku Takut menjadi Seorang Guru


Oleh Friska

Delapan belas tahun usia ku telah kulalui melihat secuil hingar bingar dunia ini. Aku hanyalah seorang anak desa biasa, yang jauh dari pusat kota. Anak desa yang mempunyai impian yang sederhana yakni menjadi seorang guru. Entah mengapa, bagi diriku yang notabenenya anak desa menjadi guru adalah sesuatu yang sangat membanggakan. Sama halnya dengan anak-anak lain yang ketika ditanya tentang cita-cita mereka, aku selalu mantap dengan penuh kepercayaan dan kulantangkan suaraku bahwasanya aku sangat ingin menjadi guru. Bagiku menjadi guru seperti mempunyai daya tarik tersendiri sama halnya ketika anak-anak seusiaku melantangkan cita-citanya menjadi dokter, pilot, perawat bahkan seorang artis.
            Kulangkahkan kaki menyusuri jalanan kota istimewa ini, mataku melihat kendaraan yang berlalu lalang di jalanan yang sangat padat. Aku berjalan di bawah langit yang sedang gerimis, jalanku masih santai saja. Menikmati rintik-rintik yang menetes di bajuku. Ada rasa senang, teringat masa kecil yang selalu berlarian dengan teman-teman sebaya saat hujan turun. Pikiranku melayang pada masa lalu, masa-masa yang terkadang mengundang tangis di mata ini. Rasanya senang ketika harus berjalan dibawah rintik hujan, aku bisa bebas menangis tanpa ada yang tahu bahwa sejatinya aku menangis. Perlahan-lahan, aku berjalan menuju shelter bus, mengeluarkan selembar uang lima ribuan dari dompet lusuhku. Menanti bus yang mengantarkanku ke terminal. Berdiri di salah satu sudut shelter sambil terus menatap rintik hujan yang semakin deras turun didepanku. Di depanku, ada sekelompok anak muda yang usianya mungkin masih belasan tahun, muka-mukanya masih terlihat bahwa mereka duduk di bangku SMA. Mereka berempat asyik bercerita tentang aktivitas sekolahnya pagi tadi. Mereka asyik bercerita perkara akan melanjutkan kemana setelah masa putih abu-abu itu. Rasanya pengin nangis saat mengingat masa-masa itu. Masa-masa dulu aku sering curhat perkara kemana aku melanjutkan perjalanan mencari ilmu ini. hingga akhirnya aku sampai pada titik ini, titik dimana saat rasa tangis sudah selalu menyertai, titik dimana saat rasanya ingin sekali melihat tulisan “Selamat Anda Di terima di .....”, titik dimana perjuangan doa dan usaha yang tak kalah hebatnya, titik dimana harus mengeluarkan uang lebih dari yang ditargetkan, titik dimana harus bolak-balik Jogja-Banyumas, titik dimana aku sangat menghargai apa itu artinya perjuangan. Dan, pada akhirnya aku dinyatakan lolos sebagai mahasiswa mandiri di salah satu universitas di kota pelajar ini. Entah bahagia atau apa rasanya, sampai sekarang aku tak tahu untuk perkara yang satu itu. Sampai sekarang aku masih mencari rasa apa yang seharusnya ada dalam hidupku saat ini.
            Ku dengarkan cerita mereka, rasanya seperti mendengar cerita sendiri. Terbayang akan masa lalu. Terbayang akan masa-masa menjatuhkan pilihan saat itu. Pikiranku melayang pada sembilan bulan terakhir ini, masa-masa yang menyenangkan juga menyedihkan. Sedih rasanya mengenang masa-masa sulit menemukan tempat perkuliahan negeri. Serasa ada bulir-bulir air mata yang menetes tanpa sengaja di wajahku yang kusam ini. Serasa teringat perjuangan dulu, perjuangan daftar sana-sini, pedihnya ditolak hingga rasanya putus asa. Rasanya dunia terlalu kejam. Aku hanya tertawa kecil membayangkan semua yang dulu pernah kulalui, perihnya melalui perjuangan panjang bak seorang pejuang yang menenteng senjata mereka. Tapi, satu yang selalu kuingat dari semua perjuangan panjang ini bahwa ada mimpi yang harus diperjuangkan. Bahwa ada lelah yang harus dibayarkan sebelum senyum kebahagian tergambar diwajah orang-orang tersayang.
            Lamunanku buyar saat bus yang kutunggu akhirnya datang. Berebut satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan tempat duduk di bus, jangankan tempat duduk asal bisa berdiri saja aku langsung ikut. Kuperhatikan di sekelilingku ada sebuah bangku kosong dipojok bus ini. Disampingku ada seorang laki-laki yang usianya sekitar 40 an. Aku duduk sembari melemaskan kakiku yang rasanya mau kram ini. Ku letakkan tas punggungku di lantai bus. Aku menyandarkan punggung ke bagaian belakang kursi. Kuarahkan mataku ke luar jendela, melihat sisa-sisa gerimis yang membasahi jalanan kota ini. Suasana bus agak hening, hingga akhirnya laki-laki di sebelahku mengajakku mengangkat suara. Ya, lebih tepatnya bisa dilihat bahwa laki-laki di sebelahku ada seorang bapak yang sedang memangku anaknya. Anaknya perempuan mungkin dia masih SD sekarang, mukanya agak lusuh mungkin dia capek di jalan.
“Mbak, habis pulang kuliah ya ?”
Aku mengangguk sembari tersenyum kepada bapak berbaju merah ini. Kuperhatikan anak yang dipangkuannya. Dia pun melemparkan senyuman ke arahku sambil mengucek-ucekan matanya yang seperti sudah mengantuk itu.
“Wah, ambil jurusan apa, mbak ?”
“Ambil kependidikan, pak.”
“Keren itu, mbak. Pengen jadi guru ya, mbak ?”
“Iya, pak.” Aku tersenyum sambil mengarahkan pandangan ke anak perempuannya.
“Kenapa nggak jadi dokter apa perawat aja, mbak ? Kan gajinya lumayan, mbak. Kalau guru mah standar-standar aja, mbak.”
Aku terdiam sebentar, memikirkan kalimat apa yang seharusnya keluar dari mulutku ini. aku takut menyinggung bapak ini.
“Penginnya jadi guru, pak.” Aku tambahkan senyuman dan tawaan kecil agar suasana tidak terlalu kaku.
“Wah, kalau udah mantep dari hati itu bagus, mbak. Sekarang kalau jadi guru harus ekstra sabar, mbak. Sama muridnya juga sama orang tua nya, mbak. Ngingetin ke muridnya aja kalau ngga dengan cara halus bahaya, mbak. Bisa-bisa dibilang kekerasan dalam mengajar. Nanti ujung-ujungnya malah dituntut sana-sini, mbak.”
Aku terdiam sembari mendengarkan bapak ini bercerita padaku. Aku memang begini lebih suka mendengarkan daripada bercerita pada orang yang baru kutemui dimanapun.
“Saya punya temen, mbak. Dia seorang guru, ngajar di salah satu daerah agak jauh si dari perkotaan tapi juga ngga pelosok-pelosok amat masih di jawa lah, mbak. Rasanya saya pengen nangis kalau cerita soal dirinya. Dari dulu dia mantep banget buat jadi guru, cerdas banget orangnya, ngga nyangka aja dia akhirnya milih jadi guru. Sabar banget orangnya, dulu aja ngajarin saya sampe sayanya aja bosen dianya masih aja telaten banget. Tapi, kasihan belum lama ini dia punya pengalaman yang pahit. Malah sangat pahit kalau menurut saya, mbak. Dia ditodong golok sama bapaknya muridnya. Padahal masalahnya sepele, cuma gara-gara dia ngingetin ke muridnya suruh diem biar yang lain bisa paham sama materi yang lagi diterangin di depan. Eh, tau-taunya waktu pulang ngajar dia dihadang, dijalanan sepi lagi, ngga bisa minta tolong sama warga sekitar....”
Aku memperhatikan bapak ini, kulihat matanya berkaca-kaca menceritakan kondisi temannya. Aku yakin pasti ini bukan sekedar teman biasa.
Mengambil napas panjang bapak ini pun melanjutkan ceritanya sambil terus mengusap-usap kepala anak perempuannya.
“Akhirnya, setelah bernegosiasi dengan bapak muridnya nyawa teman saya selamat, mbak.”
Sontak saya langsung mengucap, “Alhamdulillah.”
“Tapi, ngga gratis, mbak. Dia harus membayar uang ke bapak muridnya. Padahal saya tau sendiri gimana kondisi keluarganya, rumah aja mbak kalo hujan selalu bocor sana-sini. Buat makan aja pas-pas an. Tapi, mau gimana lagi demi nyawanya selamat dia harus membayar itu. Ada masa depan anak-anaknya dan istrinya yang lebih harus diperjuangkan, mbak.”
Tak kusadari ternyata ada bulir-bulir air mata yang menetes pada wajah bapak ini. Tubuhku merinding mendengar semua itu. Apa begitu semengerikan dunia mengajar ini ?
“Tapi, tenang aja, mbak. Ngga semua orang tua murid seperti itu kok, mbak. Banyak dari mereka yang mengerti bahwa menyanyangi anaknya bukan dengan memanjakannya. Sebenernya temen saya juga ngga salah si, cuma si bapaknya aja yang keterlaluan. Dia ngingetin kan juga buat kebaikan anaknya biar bisa paham sama pelajarannya. Biar jadi anak yang pinter. Sampai sini aja ya, mbak cerita-ceritanya. Jangan takut buat maju terus sama cita-citanya, mbak. Semangat buat jadi calon guru, mbak. Bapak doakan semoga sukses selalu, mbak.” Tersenyum sambil menggendong anaknya dan membawa tas di tangan satunya lagi.
Mataku terus memperhatikan bapak itu sampai akhirnya si bapak turun di salah satu shelter bus dan menghilang ditengah kerumunan penumpang-penumpang yang lain. Aku masih saja terpaku dengan cerita yang bapak itu ceritakan. Memang sebenarnya ada rasa takut yang menyelimuti hatiku, ada rasa bimbang dalam jiwaku, ada rasa ragu dalam cita-citaku kali ini. Rasanya ingin cepat sampai rumah dan memeluk Ibu serta menceritakan apa yang telah ku dengar ini. Aku terdiam sembari melihat tetesan-tetesan gerimis yang menetes di kaca bus yang kutumpangi ini. Pikiranku entah melayang kemana saja kali ini.
**
Jam telah menunjukkan pukul 19.30, bus yang kutumpangi masih saja meluncur ke tempat asalku. Masih kupandangi ke luar jendela bus. Begitulah diriku, yang selalu senang melihat sesuatu ke luar. Lebih suka merasa daripada bercerita. Orang bilang diriku ini introvert tapi ya mau gimana lagi, inilah diriku yang nyaman dengan kondisi saat ini. Tapi, entah mengapa cerita bapak itu masih saja membuatku ragu, masih saja membuat takut dan masih saja membuat rindu dengan kata-kata yang menenangkan dari ibuku. Ah, aku pengin cepet sampai ke rumah, rindu untuk memeluk ibu sepuasku.
Bus pun akhirnya berhenti tepat di gang masuk rumahku. Kususuri jalanan yang sudah agak sepi, dengan penerangan seadanya. Dan, kini pikiranku hanya satu, yaitu pada cerita bapak itu. Ingin rasanya mendapat pencerahan yang menguatkan diriku lagi setelah ini. Berharap aku akan mendapatkannya dari Ibu nanti.
Ku ketuk pintu rumah, ku ucapkan salam. Terdengar balasan dari balik pintu. Suara ibu sudah terdengar dari balik pintu ini. Begitu pintu terbuka, aku langsung menghambur memeluk bapak dan ibu ku. Ku cium mereka semua. Rasanya jarang-jarang aku seperti ini. Hidup di kota orang membuat diriku menyimpan terlalu banyak rindu untuk mereka semua.
Selepas melepas kangen dengan mereka semua, menjadi kebiasaanku masuk kamar dan melihat sekeliling kamar. Rapi, ya siapa lagi yang merapikannya kalau bukan bapak dan ibuku. Ku lihat beberapa lembar tulisan tanganku yang sengaja ku tempel di tembok kamarku. Semacam penyemangat bagi diri sendiri saat bahagia maupun di saat lelah menyapa.
Setelah puas bernostalgia dengan kamarku, aku melihat ibu sedang menonton televisi sendiri di ruang tengah. Aku langsung duduk di samping ibu sambil memperhatikan acara televisi yang sedang ditontonnya. Tiba-tiba, aku pindah posisi sambil tiduran di kasur lantai berbantalkan kaki ibu. Aku bercerita mengenai hal-hal kecil yang terjadi di kampus. Kuceritakan semuanya dari a sampai z. Hingga akhirnya rasa penasaranku dengan cerita bapak itu pun keluar dari mulutku yang tiba-tiba menjadi cerewet ini.
“Bu, kok aku jadi takut ya kalo jadi guru ?”
“Lho kok takut, emangnya kenapa ? Takut sama muridnya ?”
Aku mengangguk. Dan, ibu pun tertawa tapi entah karena anggukan diriku apa karena sinetron yang sedang ditontonnya.
“Sama murid kok takut ? Murid kan jadi bahanmu, bahan buat menularkan ilmu yang kamu punya, nduk.”
Aku masih saja tersenyum, belum mau mengungkap apa yang sebenarnya ada dalam pikiranku saat ini.
“Ibu ngga tau apa saja yang sudah kamu lalui di luar sana, nduk. Apa yang omongan yang telah kamu tangkap dengan telingamu, apa saja yang telah membuatmu takut dan ragu dengan keyakinanmu. Dan, yang jelas takutmu ngga beralasan, nduk.” Sambil mengusap-usap kepalaku.
“Bu, sekarang kalo jadi guru emang ngeri banget ya ?”
“Ngeri kenapa ? Cerita aja, nduk. Biar hatinya lega. Ayo, cerita sama ibu.”
“Gini loh, bu. Tadi pas pulang naik bus ada bapak-bapak cerita soal guru. Pokoknya ceritanya ngeri lah, bu. Sampe harus bertarung sama nyawanya gara-gara ngingetin muridnya, bu. Padahal kan itu udah jadi kewajiban guru, bu.”
“Nduk, kalo dapet cerita jangan langsung diserap mentah-mentah. Diambil buat dijadiin pembelajaran bukan buat dijadiin alasan memperkuat rasa takutmu. Jadi, guru itu tugas mulia. Perkara mengajar itu sulit, nduk. Ngga semua orang bisa melakukannya. Banyak yang jadi guru tapi banyak juga yang ngajar ngga pake hati. Kalo namanya udah sreg mau gimanapun tetap kuat sama pendiriaannya. Bukti orang yang kamu ceritain itu tetap jadi guru kan, walaupun nyawanya pernah jadi taruhannya. Sama dengan kamu, sekarang kamu harus menguatkan pendiriannmu, menguatkan impianmu. Ngga boleh gampang goyah hanya karena angin terpaan kecil. Justru harusnya jadi bahan pembelajaran, nduk. Mengajar membuat kita mengerti akan dunia mereka, membuat kita mengerti akan kepercayaan para orang tua yang menitipkan anaknya pada kita. Membuat kita belajar dari mereka, yang selalu tersenyum lepas tanpa beban, yang harus menjalani kehidupan ini dengan senyuman. Yakinkan dirimu lagi, nduk buat berproses menjadi guru. Bukan hanya sekedar guru saja tapi mampu menjadi panutan dan teladan yang berkharisma di depan murid-muridmu kelak. Semangat berproses, nduk.  Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat anak ibu yang satu ini.”
Aku bangkit dari posisiku lalu memeluk ibu. Sambil terharu mendengar kata-kata ibu yang selalu menancap kuat dalam hati. Terima kasih ibu atas segala nasihatnya. Aku sayang Ibu.
Hingga pada akhirnya, yang dibutuhkan adalah penguatan dari dalam diri sendiri. Bahwa mengenai tugas seorang guru adalah tugas mulia, tugas yang berat, karena lewat gurulah calon-calon pemimpin bangsa akan dibentuk. Lewat karakter yang selalu ditanamkan, lewat etika, moral dan akhlak yang selalu ditekankan. Semoga akan bisa berproses menjadi guru yang menginspirasi dan memotivasi untuk selalu bergerak kearah kebaikan.
~SELESAI~

Share: